Qatar menjadi negara Arab pertama yang mengirim pesawat tempur untuk mendukung misi Koalisi Internasional atas Libya. Selama ini, misi koalisi didominasi oleh jet-jet tempur Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Inggris dalam menggempur posisi militer rezim Muammar Khadafi dalam memastikan tidak ada lagi serangan atas rakyat mereka yang memberontak.
Menurut kantor berita Associated Press, satu unit jet tempur Qatar telah bergabung dengan sejumlah pesawat Prancis untuk menerapkan zona larangan terbang di langit Libya, Jumat 25 Maret 2011. Dengan demikian, Qatar menjadi negara non-Barat pertama yang sudah aktif dalam menjalankan misi Koalisi, yang berlandaskan pada resolusi Dewan Keamanan PBB 1973, yaitu menerapkan zona larangan terbang dan melindungi rakyat Libya dari serangan pemerintah mereka sendiri.
Qatar mengirim dua unit jet tempur buatan Prancis, Dassault Mirage 2000-5EDA dan pesawat kargo C-17 Globemaster untuk mendukung operasi penegakan zona larangan terbang di Libya. Mereka bertolak melalui Siprus.
Menurut pejabat Departemen Pertahanan AS, Laksamana Madya Bill Gortney, Uni Emirat Arab juga akan menyusul Qatar sebagai negara Arab yang membantu misi Koalisi Internasional. "Kami menanti pilot dari Uni Emirat Arab dalam beberapa hari mendatang," kata Gortney, seperti dikutip stasiun berita Voice of America.
Bagi AS, misi ini merupakan upaya internasional atas desakan rakyat Libya sendiri dan atas seruan negara-negara anggota Liga Arab dan Dewan Kerja Sama Teluk.
Sementara itu, partisipasi Qatar disambut baik oleh perwakilan massa anti rezim Khadafi, yang berbasis di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya. "Qatar sudah menjadi sekutu yang baik dari Hari Pertama," kata Mustafa Gheriani, juru bicara kubu oposisi di Benghazi. "Inilah negara Arab yang patut dibanggakan," lanjut Mustafa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar