Senin, 14 November 2011

Petualangan Arkeologi hingga ke Mahameru

Berita Indonesia - Setelah tertunda selama sepekan karena cuaca buruk, tim Ekspedisi Cincin Api Kompas dijadwalkan akan melakukan pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur, Selasa (15/11/2011). Pandakian dilakukan melalui jalur pos Ranu Pani, Ranu Kumbolo, Kali Mati, Arcopodo, Mahameru.

Pendakian ke gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa ini akan memfokuskan pada liputan petualangan dan arkeologi. Para pendaki umumnya ke Gunung Semeru sekadar berolahraga alam bebas, jarang berpetualang sambil mengeksplorasi situs-situs arkeologi di jalur pendakian yang bernilai sejarah tinggi.

Di Ranu Kumbolo terdapat prasasti yang diperkirakan dibuat oleh masyarakat masa Singosari hingga Majapahit yang melakukan perjalanan spritual ke Gunung Semeru. Berdasarkan literatur juga masih ada temuan artefak yang fisiknya sekarang tidak diketahui. Tim mencoba melacak peninggalan yang hilang tersebut.

Situs dan temuan yang ada itu membuktikan bahwa gunung menjadi orientasi spiritual masyarakat dulu. Permukiman atau tempat tinggal berada tidak jauh dari gunung.

"Kita bisa tahu bahwa masyarakat dulu tidak menjauhi dari gunung. Bahwa gunung berapi itu membahayakan, itu pasti, tapi masyarakat sejak dulu justru mendekati gunung berapi. Mereka punya cara dan upaya agar bisa hidup berdampingan dengan gunung berapi," kata Dwi Cahyono, arkeolog dari Malang yang akan ikut dalam pendakian.

Upaya itu, menurut Dwi, bersifat religi-magis dengan adanya candi atau bangunan-bangunan suci yang dibuat untuk meredam murka gunung api. Selain itu, yang terpenting juga ada upaya yang bersifat teknologi, yaitu dengan ditemukannya sudetan atau terusan. Kedua upaya tersebut menunjukkan bahwa upaya mitigasi telah dilakukan masyarakat sejak lama.

Cuaca masih ekstrem

Siang ini, tim ekspedisi sedang berada di kawasan Gunung Bromo, Desa Cemorolawang, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, bersiap melakukan perjalanan menuju pos Ranupani.

Sebelumnya, dini hari tim dibagi dua bergerak menuju Penanjakan dan Desa Ngadirejo. Di Penanjakan, tim mendokumentasi kaldera Bromo sekaligus memantau cuaca Gunung Semeru yang saat itu tertutup awan. Sedangkan tim kedua yang ke Ngadirejo meliput dampak letusan Gunung Bromo tahun lalu yang banyak menimpa masyarakat setempat.

Selama perjalanan saat dari Tumpang, Malang, terutama menjelang sore hingga malam selalu dibayangi cuaca ekstrem. Ketika tim berada di kaldera Bromo, tepatnya di kawasan "Teletubbies" hingga naik ke kawah Bromo, hujan tak kunjung reda.

Perhitungan saat pagi hari cenderung tidak hujan, tim ekspedisi memutuskan mendaki ke Gunung Semeru besok hari. "Tapi cuaca di Semeru tetap tidak bisa diprediksi, kita tetap mendaki namun jika cuaca kian buruk akan diputuskan untuk kembali dan mengatur jadwal lagi," kata Ahmad Arif, ketua tim ekspedisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar