Rudal Iran, Tercanggih Di Dunia |
Militer Iran menggelar latihan perang laut dengan sandi “Rasulullah yang Mulia” di perairan Nilgun, Teluk Persia, di propinsi Bushehr, Iran Selatan. Jubir Pangkalan Muharram untuk manuver ini, Kolonel Garda Revolusi Islam (IRGC) Yusuf Dashti menyatakan latihan perang ini memperagakan proyek-proyek peluncur rudal, pencegatan dan penghancuran kapal-kapal musuh buatan oleh regu-regu penyelam mandiri, kapal-kapal pengebom, dan regu-regu pengebom dari pantai ke darat.
Kolonel Dashti menambahkan, latihan perang ini juga memperagakan operasi penyediaan jalur hubungan internal, operasi perlawanan terhadap perang mental secara masif dari pihak musuh, operasi militer serangan dari permukaan terhadap kapal-kapal musuh, operasi penangkalan serangan udara, dan operasi penebaran ranjau di jalur-jalur musuh.
Manuver militer dimulai sejak Jumat 31 Maret dengan peluncuran rudal Shahab 2 buatan Iran dan berlanjut sampai 6 April . Manuver ini melibatkan 17,000 pasukan dari IRGC, Angkatan Bersenjata, dan Pasukan Relawan (Basij) serta mengerahkan sekitar 1500 unit kapal pengebom, jet pemburu, helikopter militer, dan perlengkapan rudal.
Ujicoba Rudal Balistik Terbaru Bernama "Kautsar"
Jatuhkan Pesawat Pengintai
Di hari kedua latihan, Pasukan Gabungan Angkatan Bersenjata, Pasukan Garda Revolusi, dan kepolisian Republik Islam Iran berhasil memukul mundur jet-jet tempur musuh buatan dengan berbagai persenjataan anti pesawat tempur. Dalam latihan militer tersebut, pasukan gabungan Republik Islam Iran juga berhasil menembak jatuh pesawat pengintai tanpa awak milik musuh bayangan dengan senjata otomatis anti serangan udara.
Hoot, Jenis Terpedo Bawah Laut Tercepat di Dunia
Republik Islam Iran berhasil melakukan ujicoba sebuah torpedo bawah permukaan air yang mampu melaju dengan kecepatan 100 meter perdetik. Demikian disampaikan Komandan Angkatan Laut Pasukan Garda Revolusi Laksamana Ali Fadavi, dalam wawancaranya dengan Saluran Berita IRIB. Menurut Fadavi, ujicoba itu berhasil dilakukan di hari ketiga latihan perang dengan Sandi Rasulullah yang Mulia, yang diadakan di perairan selatan Iran.
Dikatakan oleh Fadavi bahwa rudal jenis baru ini adalah yang tercepat di dunia, karena selama ini, rudal yang paling cepat di dunia hanya mampu bergerak dengan kecepatan 25 meter perdetik. Menurutnya pula, rudal yang diberi nama Hoot ini mampu membawa hulu ledak berkekuatan besar. Dengan kekuatan besar dan kecepatan seperti itu, dipastikan tidak akan ada kapal induk atau kapal selam yang bisa menghindar dari tembakan rudal ini.
Sambil menyebut hanya ada dua negara di dunia yang mampu memproduksi rudal bawah air tersebut, Fadavi juga menyatakankan spesifikasi lain rudal Hoot produksi Iran yang mampu lolos dari deteksi radar.
Ditekan Media-Media Barat
Media-media Barat kembali meningkatkan agitasi terhadap proyek nuklir Iran dengan cara mengaitkan proyek nuklir dengan ujicoba rudal Fajr-3 yang sukses dilakukan oleh Pasukan Garda Revolusi Iran dalam latihan perangnya di kawasan selatan Iran. Analisis yang diturunkan BBC menyebutkan bahwa langkah-langkah seperti ujicoba rudal baru oleh Iran semakin menghilangkan kesempatan bagi kelanjutan upaya penyelesaian proyek nuklir Iran melalui cara-cara perundingan.
Sementara itu Televisi Al-Arabia menyatakan bahwa ujicoba rudal-rudal baru Iran diikuti oleh tekanan Barat yang semakin besar terhadap Teheran. Al-Arabia juga mengutip pemberitaan sejumlah media Inggris yang menyatakan bahwa adanya ujicoba senjata oleh Iran tersebut membuka peluang bagi militer Inggris untuk menyerang Iran dari udara. Akan tetapi, menurut Al-Arabia, spekulasi media-media Inggris itu dibantah oleh pemerintah London sendiri.
Rusia Bantah Tuduhan Barat
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Michael Kaminin, menepis tuduhan terkait partisipasi pakar Rusia dalam pembuatan torpedo supermodern Iran. Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita United Press, Kaminin, Selasa, 4 April, membantah keras pemberitaan media-media massa Barat bahwa Rusia terlibat dalam pembuatan torpedo supermodern terbaru Iran. "Rusia sama sekali tidak berpartispasi dalam pembuatan rudal terbaru Iran," ungkap Michael.
Sejumlah kalangan mencurigai keterlibatan Rusia karena rudal bawah laut supercepat buatan Iran itu dianggap mirip dengan VA-111 Shkval buatan Rusia.
Pesan bagi Kekuatan Lintas Regional
Komandan Umum Pasukan Garda Revolusi Islam Iran, Jenderal Sayid Yahya Safavi mengatakan pergelaran Latihan Perang “Rasulullah yang Mulia” yang dilaksanakan di perairan selatan Iran mengandung pesan yang harus dipahami oleh kekuatan-kekuatan lintas-regional di dunia, agar mereka tidak melakukan intervensi dalam urusan internal Iran. Hal tersebut disampaikan Safavi Rabu, 5 April di sela-sela operasi latihan perang hari keenam.
Safavi mengatakan, “AS dan kekuatan lintas regional lainnya harus menghentikan segala macam konspirasi busuk anti Iran yang selalu mereka gelar. Mereka juga harus mengakui bahwa Iran sudah menjelma menjadi satu kekuatan militer yang besar di kawasan.”
Menyinggung adanya pemberitaan-pemberitaan agitatif dari media-media Barat tentang latihan perang tersebut, Safavi menegaskan bahwa tentara Iran dengan segala kemajuan militernya yang sangat pesat sama sekali bukan merupakan ancaman bagi negara-negara di kawasan Timur Tengah. Dalam doktrin militer Republik Islam Iran, menurut Safavi, keamanan negara-negara muslim adalah keamanan bagi Iran juga. Yang diinginkan oleh Iran terkait situasi di kawasan hanyalah stabilitas, keamanan, dan ketenangan di kawasan kaya minyak ini.
Safavi di bagian lain keterangannya juga menyinggung kekuatan dan posisi strategis Iran di pentas dunia, serta dibandingkan dengan berbagai kegagalan yang diderita AS dalam berbagai kebijakannya di kawasan Timur Tengah. Dengan fakta seperti itu, Safavi memberi nasehat kepada negara-negara Eropa agar jangan menjerumuskan diri ke dalam kegagalan demi kegagalan akibat membuntuti segala kebijakan AS. Menurut Safavi, jika Eropa ikut-ikutan mengupayakan langkah-langkah anti Iran seperti embargo ekonomi atau tindakan militer, maka hal tersebut pada akhirnya akan merugikan Barat sendiri.
Ujicoba Ketiga Rudal dari Udara ke Laut di hari Keenam Latihan
Pasukan Garda Revolusi (Pasdaran) Iran berhasil melakukan ujicoba ketiga atas rudal super modern yang bisa ditembakan dari udara ke kawasan perairan. Kantor Berita Mehr melaporkan, rudal yang diberi nama “Noor” itu mampu ditembakkan dari segala jenis pesawat perang, baik itu berupa helikopter maupun pesawat tempur. Hal tersebut dikatakan sebagai salah satu spesifikasi penting teknologi pertahanan perang Iran.
Sementara itu Jubir Latihan Perang Nabi yang Mulia, Admiral II Mohamad Ebrahimi Dehqani, menyatakan bahwa di hari keenam latihan perang, Pasdaran berhasil melakukan latihan operasi penyelamatan darat dan laut untuk membebaskan selat strategis Hormuz. Dikatakan bahwa dalam latihan penyelamatan itu, musuh bayangan berhasil diusir secara cepat dengan aksi-aksi operasi penyelematan yang dipusatkan di Kepulauan Mosharraf.
Dikaitkan dengan Latihan Perang, Proyek Nuklir Sipil Iran Terus Ditekan
Berbagai tekanan dan agitasi AS dan sekutunya terhadap proyek nuklir sipil Iran dilaporkan masih terus berlanjut, dan ancaman-ancaman yang terlontar itu diliput secara terorganisir oleh media-media Barat.
Koran Christian Science Monitor yang terbut di AS dalam laporan yang diturunkan Rabu, 5 April, menulis, “Ada dua alasan yang terjadi sepanjang pekan lalu yang menyebabkan Barat masih sangat merasa khawatir dengan proyek nuklir Iran. Pertama, adalah latihan perang tentara Iran, dan yang kedua adalah hasil investigasi yang dilakukan para petugas AS terkait kemungkinan penyelundupan bahan-bahan radioaktif oleh Iran dalam rangka pembuatan senjata pembunuh massal.”
Christian Science Monitor juga kembali mengulang-ulang tuduhan bahwa Iran adalah negara sponsor teroris. Karena itu, menurut koran tersebut, jika Iran berhasil memproduksi senjata nuklir, kelompok-kelompok teroris dunia akan menggunakannya untuk menyerang AS dan Israel.
Koran The Guardian terbitan Inggris juga dalam laporan yang disampaikan Rabu menyatakan bahwa dampak-dampak negatif yang ditimbulkan jika Iran berhasil meraih senjata nuklir sangat menakutkan masyarakat internasional. Akan tetapi, menurut The Guardian, yang tidak boleh dilupakan adalah fakta bahwa Iran berupaya memproduksi senjata nuklir karena negara ini berdekatan dengan Israel yang sudah memiliki gudang senjata pembunuh massal tersebut.
Koran-koran Barat tersebut dalam menyampaikan analisisnya sama sekali tidak menyinggung fakta laporan yang disampaikan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tentang tidak adanya penyimpangan dalam proyek nuklir sipil Iran.
Tidak Ada yang Bisa Ingkari Iran Sebagai Kekuatan Militer Baru
Kemajuan yang dicapai Iran dalam teknologi pertahanan dan militernya tidak bisa diingkari oleh siapapun. Demikian pesan yang disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut Republik Islam Iran, Admiral Safari, di sela-sela latihan perang hari keenam, Rabu, 5 April.
Menurut Safari, kemajuan pesat teknologi pertahanan dan militer Iran tersebut terlihat secara jelas dari keberhasilan angkatan bersenjata negara ini dalam melakukan ujicoba atas berbagai produk senjata modern Iran. Safari menyebut rudal Kowsar, Noor, dan terpedo Hoot sebagai salah satu contoh jenis senjata produk dalam negeri Iran yang berhasil diujicobakan tersebut.
Keberhasilan Iran dalam ujicoba senjata-senjata super canggihnya itu diliput secara meluas oleh media-media internasional dan mendapatkan tanggapan yang beragam.
Bagian Kecil dari Kekuatan Defensif Iran
Shalat Jum’at di Teheran tanggal 7 April diimami oleh Sayyid Ahmad Khatami. Dalam khotbahnya Sayyid Khatami, menilai pelaksanaan manuver militer bersandi "Rasulullah yang Mulia" di perairan Iran selatan itu sebagai sebuah peringatan bagi pihak musuh berniat menyerang Iran. Seraya menekankan bahwa Iran bukan negara yang arogan bahkan penentang keras arogansi, Sayyid Khatami mengatakan, manuver militer tersebut hanya bagian kecil dari kemampuan pertahanan Iran. Menurutnya, manuver militer itu juga mengandung pesan perdamaian dan persabatan bagi negara-negara tetangga Iran.
Berakhir Kamis, 6 April
Latihan perang bersama pasukan garda revolusi (Pasdaran) Iran dengan sandi “Rasulullah yang Agung” yang telah berlangsung selama enam hari di perairan selatan Iran, Kamis, 6 April secara resmi ditutup. Dalam latihan yang menggunakan area seluas 100.000 mil persegi itu, militer Iran berhasil melakukan ujicoba atas lebih dari sepuluh jenis rudal baru produksi dalam negeri Iran yang memiliki kemampuan sangat modern.
Sikap Negara-Negara Teluk Persia
Agitasi pemerintah AS belakangan ini tentang proyek nuklir dan latihan perang Iran di kawasan Teluk Persia tidak serta merta mempengaruhi negara-negara Arab regional. Buktinya, Menlu Arab Saudi, Saud al-Faisal, malah menepis opini yang hendak disebarkan AS bahwa aktivitas nuklir dan manuver militer Iran sangat berbahaya bagi negara-negara sekitar Iran. Saud al-Faisal mengatakan, “Latihan perang itu sama sekali tidak membahayakan negara-negara tetangga Iran, dan Saudi percaya bahwa Iran tidak memburu senjata nuklir.”
Belakangan ini, gerak-gerik AS dalam menebar provokasi anti Iran di tengah negara-negara Arab Teluk Persia terlihat sangat mencolok. Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) John Bolton yang dikenal berhaluan keras bahkan mendatangi Qatar dan mendesak negara ini agar bereaksi terhadap Iran. Namun, desakan ini malah ditanggapi dingin oleh pemerintah Qatar.
Menlu Qatar Shaikh Hamad bin Jassem bin Jabr Al-Thani menyatakan negaranya mengharapkan solusi damai untuk masalah nuklir Iran. Dalam pertemuan dengan Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah, Menlu Qatar menuturkan, “Ujicoba senjata-senjata baru dalam latihan perang laut Iran adalah urusan Iran sendiri, dan yang penting bagi kami ialah situasi kawasan jangan sampai tegang.”
Seperti yang sering diberitakan, Iran menggelar latihan perang bahari di perairan Teluk Persia sejak 31 Maret dan berlanjut sampai 6 April. Dalam manuver militer ini, Iran berhasil mengujicoba beberapa jenis senjata canggih dan mengundang perhatian ekstra dari berbagai media regional dan global. Meskipun manuver pertahanan itu sebenarnya wajar untuk setiap negara, tetapi AS dan corong-corong propagandanya berusaha mengesankan bahwa tensi Teluk Persia meradang akibat manuver tersebut. Dan situlah kemudian terlihat lagi betapa kepentingan adidaya AS di Timur Tengah sangat bergantung kepada provokasi, adu domba, dan agitasi.
Propaganda itu tentu bukan tanpa dampak sama sekali, apalagi di saat Iran mendapat ancaman serangan dari AS. Harga minyak mentah diberitakan melonjak sekitar 2 USD menyusul latihan perang Iran.
Ada dua hal yang sangat diperlukan bagi upaya membendung ambisi AS untuk menjadi kekuatan absolut di Teluk Persia. Pertama ialah kesiapan pertahanan Iran dan kemudian kewaspadaan semua negara Teluk di depan agitasi AS. Pendudukan atas Irak dan ancaman terhadap Iran menjadi medium AS untuk menciptakan ketakutan di kawasan Teluk. Namun, target AS ini tak terpenuhi. Manuver militer Iran membuktikan bahwa nyali dan daya pertahanan Iran tetap solid, dan di saat yang sama, negara-negara Arab Teluk tidak termakan oleh propaganda kotor AS tentang manuver Iran tersebut.
Pesan untuk Musuh Iran
Sejak 27 tahun tampil sebagai negara Republik Islam, Iran menjadi negara yang paling dimusuhi AS dan sekutunya. Karenanya, sejak itu pula bangsa Iran tidak pernah sepi dari gangguan dan konspirasi negara-negara Barat yang kehilangan interesnya di Iran tersebut. Konspirasi itu menemukan puncaknya pada peristiwa agresi rezim Saddam terhadap Iran sehingga memicu perang selama delapan tahun dan menjatuhkan korban yang tak terhitung jumlahnya.
Konspirasi Barat terhadap Iran hingga detik ini masih berkobar. Kalau dulu Barat tidak tahan menyaksikan berdirinya Republik Islam di Iran, Barat kini tidak ingin melihat Republik Islam ini menjadi sebuah negara yang maju dan berdikari. Di mata Barat, kemajuan, independensi, kehormatan, dan aspirasi keadilan bangsa Iran adalah kendala besar bagi ambisi negara-negara adidaya Barat untuk berdominasi mutlak atas bangsa-bangsa dunia. Oleh sebab itu, bangsa Iran selalu menjadi sasaran tekanan politik dan bahkan ancaman militer AS dan sekutunya.
Menghadapi semua ini, bangsa Iran hingga kini tetap solid, resisten dan pantang mundur. Karena selalu terancam, bisa dimengerti apabila Iran banyak memusatkan perhatian kepada sektor pertahanan untuk selalu siaga dan siap menyongsong segala bentuk ofensif dari musuh-musuhnya.
Sejak Jumat lalu sampai 6 April mendatang, tentara Iran menggelar manuver atau latihan perang di perairan Teluk Persia. Tujuannya ialah meningkatkan daya pertahanan militernya dengan mengandalkan pengalaman perang delapan tahun dengan Irak, sekaligus memanfaatkan teknologi militer dan pertahanan yang sudah banyak dikuasainya. Latihan perang bersandi “Rasul Yang Mulia” itu praktis membawa pesan yang jelas dan tegas kepada siapapun yang berpikir dan berangan-angan untuk melancarkan agresi terhadap Iran.
Dalam manuver militer itu, prajurit Islam Iran telah memdemonstrasikan kehebatannya dalam pertahanan udara dan laut. Salah satu prestasi besar dalam manuver ini ialah keberhasilannya mengujicoba terpedo dengan kecepatan 100 meter perdetik di dalam air, atau empat kali lipat kecepatan terpedo yang ada selama ini di dunia. Terpedo canggih yang dinamai Hut ini adalah buatan anak-anak bangsa Iran sendiri.
Menyikapi prestasi baru Iran di bidang militer itu, Jubir Deplu AS Adam Erely segera menyebutnya sebagai sinyalemen baru bahwa Iran berusaha membuat bom nuklir dan meningkatkan ancamannya bagi keamanan dan stabilitas regional. Dakwaan seperti ini sudah dapat ditebak sebelumnya, mengingat Washington memang selalu mencari-cari alasan untuk memojokkan Iran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar